
Situ Gintung terletak di bilangan cirendeu tidak jauh dari jalan raya ciputat. Situ ini merupakan daerah resapan air yang daerah aliran sungainya mengarah ke kali pesangrahan.
Sebenarnya situ gintung adalah lokasi yang cukup indah, sehingga cukup layak dijadikan tempat pariwisata, persis setahun yg lalu tepatnya 7 maret 2008, penulis pernah mengabadikan situ itu pada suatu kesempatan(gambar paling atas).
Takdir
Ketika Allah berkehendak, maka manusia hanya bisa pilu dan menangisi takdirnya yang buruk. Tapi kita tidak sedang menggugat takdir, sebab takdir itu paralel dengan perbuatan manusia, ketika manusia menabur angin, maka manusia pula yang akan menuai badai, begitulah yang terjadi dalam musibah jebolnya tanggul situ gintung. Terlepas dari kehendak Allah yg memberikan ujian kepada manusia-manusia pilihannya di sana, yang jelas manusia ikut andil dalam tragedi itu. Terlepas dari kesalahan pribadi dari para korban (hanya Allah yang menge
Jika tsunami Aceh memang murni dari kehendak Allah melalui gempa yang timbul dari patahan lempengan di samudra Indonesia (meskipun ada dugaan sumir tentang percobaan nuklir diperut bumi oleh negara adidaya) maka musibah situ gintung ini saya yakin karena kelalaian manusia. Pernyataan aktivis lingkungan hidup yang menyatakan bahwa kondisi tanggul yang sudah tidak layak, temuan warga yang sudah melapor akan keretakan tanggul pada 2 tahun sebelumnya, juga peringatan dari kepolisian yang menyuruh para penduduk untuk mengungsi sebelum terjadinya musibah itu(detik 27 maret 2009) mengindikasikan ada yang salah dengan telinga dan hati para pemimpin negeri ini, baik pemimpin di daerah maupun pemimpin di pusat.
Mengapa para pemimpin itu selalu saja beraksi setelah terjadi bencana. Mengapa mereka tidak pernah bertindak preventif, proaktif bertindak untuk mencegah terjadinya kejadian itu. Justru malah mereka kebanyakan memanfaatkan musibah untuk kampanye kotor mereka menjelang pemilu yang akan hadir beberapa hari lagi.
Ya Tuhan, sampai kapan kami harus bersabar memiliki pemimpin-pemimpin badut yang hanya bisa mengelabui kami dengan akting melucunya yang kadang-kadang tidak lucu. Sampai berapa lama kami harus menerima musibah demi musibah yang datang tiada henti. Ataukah memang engkau akan menghukum kami dengan mengirim para pemimpin yang tidak punya hatinurani. Ataukah karena begitu banyak kesalahan kami sehingga engkau berikan kami pemimpin yang bermental penjilat, bermoral bejat dan berhati karat. Sehingga musibah datang silih berganti karena amara
Wallahualam bishowab.