Sebuah harapan dari rakyat kecil
Tentang supremasi hukum yg telah ditinggalkan penguasa...
By Rojali Dahlan
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.QS 4: 58 (1)
Nun disana, seribu empat ratus tahun yg lalu, seorang pemimpin dari kalangan manusia biasa telah lahir, seorang pemimpin pengganti sang Nabi yang telah pergi menemui RobbNya, pemimpin sebuah generasi baru yg terbaik sepanjang masa, tidak sebelum dan tidak pula sesudahnya, pemimpin yang mengisi kekosongan kekuasaan setelah ditinggal sang Nabi. Dialah khalifah pertama bergelar Ash-shidiq, yakni Abu Bakar ra, inilah pidato politiknya sesaat setelah ia di angkat dan dibaiat :
“Amma ba’du, para hadirin sekalian sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya Insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat diantara kalian maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yg telah diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad dijalan Allah kecuali Allah akan timpakan kepada mereka suatu kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian terbesar ditengah suatu kaum kecuali adzab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah ku selama aku mematuhi Allah dan rosulnya, tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya maka tiada kewajiban taat atas kalian kepadaku, sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan sholat semoga Allah merahmati kalian. (2)
Itulah pidato inaugurasi sang khalifah pertama. Pidato yang jelas, lugas, tidak bersayap, tidak penuh retorika, tidak dipenuhi janji-janji, tidak pula penuh pencitraan, to the point, langsung pada tujuan politiknya yakni penegakan supremasi hukum, mengembalikan hak yang terambil, memulihkan hak yang teraniaya, tanpa tedeng aling-aling.
Salah satu pilar tegaknya keadilan dan kemakmuran dalam sebuah negara; entah ia berbentuk khalifah, kerajaan, ataupun republik; adalah penegakan hukum tanpa pandang bulu. Sejarah telah mencatat, bahwa supremasi hukumlah yang membuat negara-negara mencapai kemajuannya. Dalam masa modern, negara maju seperti AS dan Eropa, juga Jepang, Cina dan singapura telah membuktikan bahwa supremasi hukum membuat negara berjalan sesuai relnya, sesuai cita-cita rakyat bersama. Padahal Supremasi hukum telah dicontohkan oleh nabi ribuan tahun yang lalu. Nabi pernah berkata “Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian disebabkan apabila ada salah seorang yang terpandang diantara mereka mencuri, mereka membiarkan begitu saja, akan tetapi jika salah seorang dari mereka yang lemah (rakyat biasa) mencuri, maka mereka menegakkan hukuman baginya. Demi Allah seandainya putriku Fatimah mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya”(3)
Sebaliknya supremasi hukum yang lemah akan membuat negeri menjadi carut marut bahkan mengalami kegagalan dan carut marutnya negeri kita tercinta ini, adalah karena lemahnya penegakan hukum oleh para pemimpin.
Kita lihat di negeri kita, hukum hanya berlaku untuk orang-orang kecil, orang lemah, kaum miskin, papa dan para dhuafa, sedangkan untuk orang besar hukum seperti tidak bergigi. Kita lihat kasus nenek pencuri biji kakao yang dihukum sampai pengadilan; meski akhirnya hukumannya hanya dua setengah bulan; sangat kontras dibanding penuntasan kasus korupsi Gayus, yang seolah hanyalah panggung sandiwara. Seorang yang mencuri hanya sekian puluh ribu, bahkan hanya mengisi ulang hp terpaksa mendekam dipenjara, tapi seorang yg mencuri triunan rupiah diperlakukan bak artis tenar, mendapat fasilitas segala macam. Supremasi hukum yg lemah pula yang membuat para pahlawan devisa seperti budak di negeri orang, tanpa pembelaan berarti dari negerinya sendiri. Padahal negara sekuler seperti AS, Kanada dan Inggris, sangat concern terhadap nasib warganya dimanapun mereka berada. Satu nyawa rakyat bagi mereka sama pentingnya dengan nyawa pejabat. Tapi disini, nyawa rakyat sama remehnya dengan nyawa seekor lalat.
Perbedaan perlakuan hukum antara rakyat jelata dan petinggi negara, antara maling kelas teri dengan maling kelas ikan paus, membuat rakyat skeptis, artinya terbentuk dalam pikiran rakyat, jika ingin mencuri dan tetap happy, maka mencurilah dalam jumlah yang sangat besar dan signifikan. Dan salah satu cara mencuri dalam jumlah yg sangat besar adalah dengan korupsi.
Korupsi adalah kejahatan luar biasa, extra ordinary crime, ia bukan hanya mengambil hak-hak orang lain, tetapi juga memiskinkan orang lain. Pemiskinan ini bukan hanya satu atau dua orang, tetapi jutaan rakyat indonesia yang dimiskinkan oleh koruptor. Dalam kasus gayus, koruptornya adalah terdiri dari dua orang lacur yang berselingkuh, yakni pemberi suap dan penerima suap. Pemberi suap mengambil trilyunan uang rakyat yg harusnya disetor ke negara, dan penerima suap mengambil keuntungan dengan memuluskan langkah sang pemberi suap itu, jadilah sumber kekayaan alam negeri ini yag seharusnya untuk kemakmuran bersama diambil secara rakus oleh segelintir pengusaha dan perusahaannya karena bantuan tikus penghianat atas nama pegawai pajak negara.
Ketika aksinya tercium kucing alias penegak hukum, sang tikus tak kalah akal, ia suap semua pejabat yg menangani kasusnya, mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga sang hakim sampai akhirnya vonis bebas diterima sang tikus. Untunglah Allah masih sayang kepada bangsa ini, ketika seorang kucing merasa dihianati kucing atasannya, maka ia berkoar-koar atas kongkalikong mafia hukum dengan mafia pajak, jadilah sang tikus tertangkap kembali dan mengalami dakwaan yang lebih berat. Tapi, karena mental sang kucing sudah biadab, sang tikus tetap saja bisa melenggang bebas hingga bisa pelesiran kemana yang ia mau.
Sang Kucing, jika memang mau, sebenarnya mampu menuntaskan kasus tersebut, ia tidak bisa berdalih belum ada bukti cukup. Dari pengakuan Gayus saja sudah cukup untuk memeriksa perusahaan yang memberi suap, petinggi polisi yg disuapnya, aparat hakim pemberi keputusan bebas hingga atasan gayus di dirjen pajak yang memberi restu. Bukan tidak mungkin gayus bekerja secara team dan diketahui oleh atasannya,sebab gayus adalah pegawai golongan IIIA, bukan termasuk golongan tinggi, mustahil pekerjaan pegawai rendah tidak diketahui atasannya. Pun dari sisi ditjen pajak, seandainya ada kemauan bisa saja menggugat balik (memPTUNkan) Putusan pengadilan pajak yang memenangkan perusahaan penyuap. Eratnya cengkeraman para mafia yang berkolaborasi membuat negeri seolah berputus asa, dan rakyatpun mulai muak, karena negeri kesayangan mereka ternyata dikuasai oleh para mafia, baik mafia pengusaha, mafia pajak dan mafia hukum. Harapan kepada pemimpin tertinggi seperti mimpi, padahal mudah sekali bagi beliau jika ada kemauan, ia dapat memerintahkan apa saja kepada bawahannya untuk menuntaskan kasus ini. Tinggal rakyat yang bingung, jika para pejabat enggan menuntaskan kasus ini, rakyat akan berfikir dengan daya kritisnya, jangan-jangan para pejabat tinggi itupun terlibat dalam kasus ini, mengingat orang-orang yg ditangkap dan didakwa sebagian besar hanya pegawai rendahan. Jika itu benar-benar terjadi, maka itu adalah kekejian terbesar seperti yang dikatakan Khalifah Abu Bakar, maka rakyatpun hanya bisa menangis seraya berdoa, doa sebagai orang yang teraniaya yang jaraknya dengan sang Robbi begitu dekat seperti jarak antara jari tengah dan jari telunjuk. Dan ketika doa mereka diterima, maka negeri ini akan mendapat adzab yang sangat pedih, naudzubillah min dzalik.
Wahai sang penguasa negeri ini, di tengah banyaknya dusta yang dipertontonkan, ditengah lemahnya harapan akan keadilan, di tengah sesaknya nafas yg teracuni oleh kebohongan demi kebohongan, harapan kami cuma satu, tolong tegakkan supremasi hukum dinegeri ini. Sebab itulah kunci kebahagiaan dan kemakmuran negeri. Kami tidak menginginkan program super yang bersifat mercu suar, megah dan gagah, kami juga tidak ingin bantuan utang luar negeri untuk meningkatkan ekonomi kami; sebab kami terbiasa mandiri; kami juga tidak ingin janji-janji pendidikan gratis dan pangan murah yang mustahil terwujud jika jatah kami akhirnya dikorupsi oleh anak buahmu. Kami juga tidak ingin anggaran pertahanan dan keamanan yang besar, sebab jika perut kami kenyang, kamipun akan tenang dan bisa berdamai dengan siapa saja.
Wahai penguasa, jika engkau bisa menegakan supremasi hukum tanpa pandang bulu, kami pun akan hidup tenang, sebab tiada satupun hak-hak kami akan dirampas, dan negeri ini pun akan adil dan makmur , baldatun thoybatun warrobbun ghofuur, gemah ripah loh jinawi.
Wahai penguasa, jangan takut, sebab engkau memegang kunci surga jika engkau berbuat adil, tapi jika engkau berkhianat, siapkan dirimu menjadi bahan bakar api neraka. Tidakkah engkau tahu, salah satu naungan dimana tidak ada naungan lain selain naungan Allah pada hari kiamat adalah naungan yg diberikan kepada pemimpin yang adil?
Wahai Pemimpin, kuatkan azzam untuk bertindak, doa para rakyat teraniaya akan menjadi pemicu buat dirimu, ia akan mengangkatmu ke tempat yg paling tinggi atau merendahkanmu ketempat yang paling rendah, jika engkau menggunakan hati nurani, insya allah hati kami pun akan tetap bersamamu, semoga engkau segera bertindak cepat dan tanggap, sebab negeri ini berada dalam kondisi gawat darurat, negeri ini berada dalam cengkeraman mafia jahat yang memiskinkan jutaan rakyat kami, mengambil hak pensiun orang tua kami, merampas masa depan anak-anak muda kami, dan mengambil paksa susu-susu milik bayi kami. Jika engkau takut bertindak, turunlah, itu lebih baik buat kalian sehingga Allah akan mencatat kalian sebagai pemimpin yang pengecut. Jika engkau butuh dukungan, minta tolonglah kepada Allah, jangan minta tolong kepada kami, sebab bagi kami, tanpa engkau minta tolongpun, dari dasar hati kami telah mendukung dan mendoakan para pemimpin yang adil, yang bisa mengembalikan hak-hak kami yang terampas oleh para mafia itu. Yang bisa mengembalikan keceriaan anak-anak kami, keceriaan para orang tua renta diantara kami, juga kecerian para pengungsi yg kampungnya luluh lantak oleh bencana, baik bencana alam, atau bencana karena pengeboran sumur yg tak bertanggung jawab itu.
Doa kami beserta pemimpin yang adil, dan azab Allah beserta pemimpin yang khianat.
Catatan :
(1) Quran Surat Annisa ayat 58
(2) Ibnu Hisyam As-Sirah An Nabawiyah 4/413-414.
(3) Bukhari & muslim,
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment