Cinta, sebuah kata yang tak semua orang mampu mengakuinya, tak semua orang mampu melaksanakannya. Cinta sebuah ungkapan yang tak pernah pudar sepanjang manusia masih memiliki sanubari. Sebuah ungkapan yang mampu membuat si lemah menjadi kuat, si bodoh menjadi pintar, si penakut menjadi pemberani. Cinta pula yang membuat si cerdik terlihat dungu, si pemberani terlihat lemah dan si pejantan terlihat pecundang.
Dengan cinta, terlahir banyak generasi pewaris kehidupan, terlahir banyak individu pembentuk keluarga, terlahir banyak suku bangsa pembentuk marga dan terlahir banyak ras pembeda antar bangsa. Dengan cinta, terlahir banyak kisah tentang manusia serta terjalinnya silaturahmi antar bangsa. Dengan cinta pula silsilah manusia akan terjaga.
Cinta yang menguatkan manusia, cinta pula yang mampu melemahkannya.
Paradoks Cinta
Saat orang bicara tentang cinta, kadang yang terbesit hanyalah kebahagian, keceriaan dan kegembiraan. Padahal cinta hanyalah sebuah kata kerja, tergantung dari sanubari pelakunya.
Ketika sang penipu hati bicara tentang cinta, ketika sang pendusta sanubari bicara tentang cinta, sesungguhnya ia sedang bicara tentang ranjau kepedihan, sesungguhnya ia sedang bicara tentang benih ketakutan. Dan sesungguhnya ia juga sedang menyulam kezaliman untuk dirinya sendiri.
Perlunya cinta sejati
Sesungguhnya cinta sejati hanyalah milik Allah, yang ia wariskan untuk mahluk-mahluknya. Dia yang bersifat rahman sekaligus rahiim. Dia yang bersifat pengasih dan juga penyayang. CintaNya pada mahlukNya, tak pernah bisa diukur dengan neraca para hamba. Sebab Ia mencipta dengan sejuta rasa cinta kepada hambanya. Sifat cintaNya pada mahluknya, menitis dalam instink para induk satwa, juga pada naluri para ibu manusia. Namun cinta yang mengalir dalam nadi manusia kadang terkotori gelembung dosa dan debu kemaksiatan, sehingga sulit menemukan dimana cinta sejati itu berada.
Dua macam cinta sejati pada manusia
Pertama, Cinta seorang Ibu kepada anaknya.
Saat seorang bayi lahir, cinta seorang ibu yang mengokohkan jemarinya, menguatkan tulang belakangnya, menegakan dagunya, membuka panca indera dan menentramkan batinnya. Cinta seorang ibu pula yang membuat anak-anak manusia mampu berjalan dengan tegaknya. Cinta seorang ibu mampu menghapus sakitnya melahirkan, cinta seorang ibu pula yang mampu merubah derita kehamilan menjadi cerita kebahagiaan. Cinta seorang ibu mampu meredamkan amarah saat terhina, mampu memberi damai dalam hati yang terluka, mampu menyejukan jiwa yang gersang karena prahara, serta mampu mendinginkan emosi dalam kepala. Cinta seorang ibu pula yang mampu membuka pintu-pintu surga bagi anak-anak yang berbakti kepadanya.
Kedua, Cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah.
Cinta yang datang dari seorang teman kepada sahabatnya karena lillahi taa’la, membuat hidup tak pernah terasa sia-sia. Ia yang menguatkan dikala lemah, yang meninggikan dikala runtuh, yang membangunkan dikala lelap, yang menemani dikala terjaga, yang mengingatkan dikala lupa,yang menyantuni dikala papa, yang menerangkan dikala gulita, dan yang mengayomi dikala terhina. Cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah, berlandaskan iman, bertiang rasa setiakawan, berdinding tenggang rasa, beratap saling mengasihi, berpintu doa, berjendela empati, dan berhiaskan hati sanubari.
Bagaimana hendaknya cinta seorang manusia kepada kekasihnya.
Jadikanlah cintamu pada kekasihmu bukan sebagai cinta biasa, tetapi cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah taa’la. Sebab itulah cinta yang abadi. Ketika engkau mencintai pasanganmu, jadikan cintamu itu sebagai sarana untuk mencintai Allah dan Rasulnya. Karena diakhirat kelak, seseorang akan bersama dengan apa yang dicintainya.
Untuk para pemuda dan pemudi yang belum menemukan cinta sejatinya. Percayalah bahwa Allah akan mengirimkan orang yang tepat untuk kalian, jika kalian benar-benar meluruskan niat bahwa cintamu pada kekasihmu, semata-mata karena Allah ta’ala. Jika hari ini engkau belum menemukan mereka, mudah-mudahan dengan cintanya Allah kepada kalian, merekalah yang akan menemukan diri kalian.
Untuk para pasangan yang merasakan hambarnya cinta meski telah menikah bertahun-tahun, segeralah kembalilah pada komitmen awal pernikahan. Luruskan niat dan janganlah mengotori hati dengan melihat rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri, apalagi bermain-main dengan cinta terlarang yang bisa menghanguskan hati dan membakar jiwa.
Lihatlah buah cinta kalian yang mulai beranjak dewasa. Kalau bukan karena cinta Allah kepada kalian, niscaya kalian tidak diberikan keturunan yang lucu-lucu. Kalau bukan karena Allah percaya kepada cinta kalian, niscaya Allah tidak akan memberikan amanah-amanah itu kepada kalian. Dan andaipun saat ini kalian belum diberikan keturunan, mudah-mudahan dengan lurusnya niat itu Allah akan memberikan amanah itu sesegera mungkin, sebab Allah adalah mengikuti prasangka para hambaNYA.
Untuk mereka yang pernah gagal dalam cinta, baik karena penghianatan atau takdirNYA, percayalah, amal-amal kalian pada masa-masa sulit itu tidak akan pernah dilupakan oleh Tuhan. Pengabdian kalian kepada keluarga yang pernah kalian bina, tetap diberikan nilai tersendiri oleh Allah Ta’ala. Jika kalian pernah terluka atau sakit, percayalah orang-orang yang menyakiti kalian juga merasakan sakit yang sama. Tetapi yang membedakan kalian dengan mereka adalah bahwa kalian ikhlas menerima kenyataan, bahwa pengorbanan kalian itu adalah demi menegakkan cinta kalian kepada Allah Ta’ala. Dan mudah-mudahan Allah akan mengirimkan kembali kepada kalian, hamba-hamba yang soleh dan taat, yang akan merajut cinta bersama kalian dimasa-masa yang akan datang.
Cinta sejati, sesungguhnya ia adalah cinta yang benar-benar abadi. Cinta yang mampu membawa pelakunya kepada cinta sebenarnya, yakni cinta kepada Tuhannya. Cinta yang mempersatukan para hamba yang beriman di yaumul akhirat nanti.
Wallahualam bishowab.
*In the middle of the night.*
Dengan cinta, terlahir banyak generasi pewaris kehidupan, terlahir banyak individu pembentuk keluarga, terlahir banyak suku bangsa pembentuk marga dan terlahir banyak ras pembeda antar bangsa. Dengan cinta, terlahir banyak kisah tentang manusia serta terjalinnya silaturahmi antar bangsa. Dengan cinta pula silsilah manusia akan terjaga.
Cinta yang menguatkan manusia, cinta pula yang mampu melemahkannya.
Paradoks Cinta
Saat orang bicara tentang cinta, kadang yang terbesit hanyalah kebahagian, keceriaan dan kegembiraan. Padahal cinta hanyalah sebuah kata kerja, tergantung dari sanubari pelakunya.
Ketika sang penipu hati bicara tentang cinta, ketika sang pendusta sanubari bicara tentang cinta, sesungguhnya ia sedang bicara tentang ranjau kepedihan, sesungguhnya ia sedang bicara tentang benih ketakutan. Dan sesungguhnya ia juga sedang menyulam kezaliman untuk dirinya sendiri.
Perlunya cinta sejati
Sesungguhnya cinta sejati hanyalah milik Allah, yang ia wariskan untuk mahluk-mahluknya. Dia yang bersifat rahman sekaligus rahiim. Dia yang bersifat pengasih dan juga penyayang. CintaNya pada mahlukNya, tak pernah bisa diukur dengan neraca para hamba. Sebab Ia mencipta dengan sejuta rasa cinta kepada hambanya. Sifat cintaNya pada mahluknya, menitis dalam instink para induk satwa, juga pada naluri para ibu manusia. Namun cinta yang mengalir dalam nadi manusia kadang terkotori gelembung dosa dan debu kemaksiatan, sehingga sulit menemukan dimana cinta sejati itu berada.
Dua macam cinta sejati pada manusia
Pertama, Cinta seorang Ibu kepada anaknya.
Saat seorang bayi lahir, cinta seorang ibu yang mengokohkan jemarinya, menguatkan tulang belakangnya, menegakan dagunya, membuka panca indera dan menentramkan batinnya. Cinta seorang ibu pula yang membuat anak-anak manusia mampu berjalan dengan tegaknya. Cinta seorang ibu mampu menghapus sakitnya melahirkan, cinta seorang ibu pula yang mampu merubah derita kehamilan menjadi cerita kebahagiaan. Cinta seorang ibu mampu meredamkan amarah saat terhina, mampu memberi damai dalam hati yang terluka, mampu menyejukan jiwa yang gersang karena prahara, serta mampu mendinginkan emosi dalam kepala. Cinta seorang ibu pula yang mampu membuka pintu-pintu surga bagi anak-anak yang berbakti kepadanya.
Kedua, Cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah.
Cinta yang datang dari seorang teman kepada sahabatnya karena lillahi taa’la, membuat hidup tak pernah terasa sia-sia. Ia yang menguatkan dikala lemah, yang meninggikan dikala runtuh, yang membangunkan dikala lelap, yang menemani dikala terjaga, yang mengingatkan dikala lupa,yang menyantuni dikala papa, yang menerangkan dikala gulita, dan yang mengayomi dikala terhina. Cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah, berlandaskan iman, bertiang rasa setiakawan, berdinding tenggang rasa, beratap saling mengasihi, berpintu doa, berjendela empati, dan berhiaskan hati sanubari.
Bagaimana hendaknya cinta seorang manusia kepada kekasihnya.
Jadikanlah cintamu pada kekasihmu bukan sebagai cinta biasa, tetapi cinta seorang teman kepada sahabatnya karena Allah taa’la. Sebab itulah cinta yang abadi. Ketika engkau mencintai pasanganmu, jadikan cintamu itu sebagai sarana untuk mencintai Allah dan Rasulnya. Karena diakhirat kelak, seseorang akan bersama dengan apa yang dicintainya.
Untuk para pemuda dan pemudi yang belum menemukan cinta sejatinya. Percayalah bahwa Allah akan mengirimkan orang yang tepat untuk kalian, jika kalian benar-benar meluruskan niat bahwa cintamu pada kekasihmu, semata-mata karena Allah ta’ala. Jika hari ini engkau belum menemukan mereka, mudah-mudahan dengan cintanya Allah kepada kalian, merekalah yang akan menemukan diri kalian.
Untuk para pasangan yang merasakan hambarnya cinta meski telah menikah bertahun-tahun, segeralah kembalilah pada komitmen awal pernikahan. Luruskan niat dan janganlah mengotori hati dengan melihat rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri, apalagi bermain-main dengan cinta terlarang yang bisa menghanguskan hati dan membakar jiwa.
Lihatlah buah cinta kalian yang mulai beranjak dewasa. Kalau bukan karena cinta Allah kepada kalian, niscaya kalian tidak diberikan keturunan yang lucu-lucu. Kalau bukan karena Allah percaya kepada cinta kalian, niscaya Allah tidak akan memberikan amanah-amanah itu kepada kalian. Dan andaipun saat ini kalian belum diberikan keturunan, mudah-mudahan dengan lurusnya niat itu Allah akan memberikan amanah itu sesegera mungkin, sebab Allah adalah mengikuti prasangka para hambaNYA.
Untuk mereka yang pernah gagal dalam cinta, baik karena penghianatan atau takdirNYA, percayalah, amal-amal kalian pada masa-masa sulit itu tidak akan pernah dilupakan oleh Tuhan. Pengabdian kalian kepada keluarga yang pernah kalian bina, tetap diberikan nilai tersendiri oleh Allah Ta’ala. Jika kalian pernah terluka atau sakit, percayalah orang-orang yang menyakiti kalian juga merasakan sakit yang sama. Tetapi yang membedakan kalian dengan mereka adalah bahwa kalian ikhlas menerima kenyataan, bahwa pengorbanan kalian itu adalah demi menegakkan cinta kalian kepada Allah Ta’ala. Dan mudah-mudahan Allah akan mengirimkan kembali kepada kalian, hamba-hamba yang soleh dan taat, yang akan merajut cinta bersama kalian dimasa-masa yang akan datang.
Cinta sejati, sesungguhnya ia adalah cinta yang benar-benar abadi. Cinta yang mampu membawa pelakunya kepada cinta sebenarnya, yakni cinta kepada Tuhannya. Cinta yang mempersatukan para hamba yang beriman di yaumul akhirat nanti.
Wallahualam bishowab.
*In the middle of the night.*
No comments:
Post a Comment