Wednesday, June 10, 2009

Reputasi dan Arti Sebuah Nama Baik

“Nama baik”, sebuah istilah yang sangat tua, setua usia manusia sendiri, sejak Adam turun ke bumi. “Nama Baik”, yang kini merebak di masyarakat setelah kasus pencemaran nama baik beredar luas dimasyarakat bahkan sampai manca negara. Sebuah drama yang mengorbankan nama baik demi mempertahankan nama baik pula.

Nama baik, istilah kerennya reputasi, sebuah istilah yang mampu membuat manusia tidak bisa tidur nyenyak jika telah jatuh ketitik nadir.


Reputasi dalam Keluarga.

Seringkali seorang ayah (karena merasa superior) sangat ketat menjaga nama baik keluarga. Segala peraturan dibuat untuk membatasi gerak anggota keluarga, tidak boleh melakukan ini dan itu karena bisa mencoreng nama keluarga. Semakin tinggi status suatu keluarga biasanya peraturan keluarganya juga semakin ketat dan peraturan yang paling ketat biasanya datang dari keluarga konglomerat atau keluarga berdarah biru.

Memberi Tauladan
Masalah akan terjadi jika anak telah terlanjur melakukan sesuatu yang dianggap mencoreng nama keluarga. Contoh kecil misalnya, seorang anak tidak lulus ujian sekolah karena asik dengan dunianya sendiri, sedangkan ayah dan ibunya adalah seorang doktor atau magister lulusan universitas terkenal, seorang guru dan dosen pula. Maka sang ayah akan sangat berang saat mengetahui anaknya tidak lulus ujian sekolah dan dianggap tidak becus. Padahal kalau ditarik kebelakang, kegagalan anak tersebut adalah karena kegagalan orang tuanya, orang tua tidak memberikan contoh dan suri tauladan yang baik bagi anaknya, tetapi malah asyik sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Pendekatan yang dilakukan kepada anak terlalu formal, mereka hanya bertemu di meja makan, say hello dan lets go itu saja rutinitas setiap harinya. Padahal kebersamaan dan cerita tentang kehangatan seorang ayah dan kelembutan seorang ibu merupakan support yang tiada bandingannya bagi perkembangan seorang anak. Ada satu hal yang kadang tidak disadari oleh orang tua, bahwa mereka sebenarnya mempunyai reputasi dimata anak-anaknya. Semakin hangat orangtua semakin baik reputasinya, dan semakin renggang orang tua semakin buruk reputasinya dan semakin pudar pula rasa hormat anak terhadap mereka.
Begitupun dalam hubungan suami istri, kehancuran sebuah rumahtangga yang berujung pada perceraian karena masing-masing sudah tidak memiliki reputasi dimata pasangannya. Seorang suami (yg masih berfaham feodal) merasa bahwa dirinya adalah raja dirumah ini, segala titahnya adalah perintah dan istri adalah pelayan bagi suaminya. Pola penempatan status hubungan model demikian membuat istri tidak respect terhadap suaminya. Begitupula jika sang istri mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap suaminya bahkan berpenghasilan lebih banyak, dan menganggap suami tidak lebih berarti dibandingkan dengan dirinya, maka rasa respect itu pula akan hilang. Pola hubungan yang baik adalah menganggap pasangan sebagai mitra dalam perjalanan hidup, jika suami sebagai nahkoda, maka sang istri adalah navigatornya, sikap saling menepati janji dan rendah hati akan mampu menaikan reputasi dimata pasangan masing-masing.

Reputasi dalam Pertemanan dan Persahabatan.

Kunci persahabatan adalah saling menghargai dalam suka dan duka ,toleransi yg tinggi serta rasa setiakawan dalam segala kondisi. Yang menghancurkan persahabatan adalah pengkhianatan. Sekali berkhianat dalam persahabatan, seumur hidup teman tak akan percaya, seumur hidup pula reputasi akan hancur bila maaf tak pernah meluncur dari bibir kita.

Reputasi dalam bisnis

Dalam bidang inilah sebuah reputasi menjadi sebuah momok yang perlu diperjuangkan dengan segala upaya. Hancurnya reputasi merupakan hancurnya bisnis, dan baiknya reputasi juga merupakanbaiknya bisnis. Saling gugat dan saling tuntut demi sebuah reputasi, adalah hal yang lazim dalam percaturan bisnis.
Kasus teranyar adalah kasus seorang ibu yang dipenjara karena digugat oleh sebuah rumah sakit 1) sebab dianggap telah mencemarkan nama baik RS itu, padahal sang ibu hanya menceritakan kronologis ketidakpuasannya terhadap layanan RS itu dan meminta teman-temannya untuk mewaspadainya, itu saja. Tapi ketakutan yang luar biasa akan hancurnya nama baik membuat RS itu bertindak sangat jauh, ranah pelayanan publik ditarik keranah hukum, jadilah sebuah ironi, bukan nama baik yang didapat, malah cacimaki dari publik yang menghujam tajam bak hujan panah ditengah malam, tapi apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur dan keputusan telah dibuat, hanya rasa kemanusiaan saja yang mungkin akan mampu mengembalikan itu semua.

Kasus lainnya adalah tentang pertaruhan reputasi sebuah lembaga survey nasional yang melakukan survey atas pesanan lembaga salah satu konsultan capres 2). Lembaga itu dianggap melakukan perbuatan yang tidak pantas karena melakukan survey atas pesanan orang lain lalu mengumumkan hasil survey itu oleh dirinya sendiri, bukan diumunkan oleh sang pemesan, seolah-olah independen, sehingga masyarakat menilai telah terjadi pengiringan opini oleh lembaga survey itu. Ujung-ujungnya masyarakat akan menilai dan tidak percaya lagi hasil survey yang dilakukan lembaga itu.
Kunci menjaga reputasi dalam bisnis adalah menepati janji dan memberikan pelayanan terbaik.

Reputasi dalam Masyarakat

Ketokohan seorang pemimpin memang mampu membuat dirinya disegani, tetapi jika sekali saja berbuat cela, maka reputasinya akan hancur lebur. Seorang pemimpin masyarakat adalah icon bagi masyarakatnya. Ia adalah teladan yang menjadi panutan pengikutnya. Satu-satunya cara yang membuat reputasi seorang tokoh tetap terjaga adalah pengabdian tanpa pamrih, alias berbuat ikhlas karena Allah taa’la.


Ihsan;sebuah sikap yang nyaris terlupakan; kunci menjaga reputasi dan nama baik.

Ihsan adalah berbuat baik dalam segala urusan, sikap mendahulukan pelayanan terbaik, sekecil apapun pelayanan yang kita berikan. Dengan ihsan nama baik insya allah akan tetap terjaga
Tingkatan Ihsan yang paling tinggi adalah Ihsan di dalam beribadah kepada Allah SWT. Inilah tingkatan dien yang paling tinggi. Dalam hal ini, Rasululloh telah bersabda “Bahwa engkau (beribadah) menyembah Allah SWT seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Tingkatan Ihsan paling tinggi terhadap manusia adalah berbakti kepada kedua orangtua dan menjalankan hak-hak keduanya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, harta maupun hal lainnya.
Berbuat Ihsan kepada seluruh manusia yaitu, mulai dari terhadap orang-orang yang memiliki hubungan terdekat yaitu saudara kandung ataupun para tetangga. Yaitu dengan cara memberikan hak-hak mereka, mengunjungi, bertanya tentang kondisi mereka, memberikan hadiah, mengasihi anak-anak kecil mereka, bersedekah kepada para kaum faqir mereka, memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhajat di kalangan mereka dan sebagainya.
Berbuat Ihsan kepada binatang dengan cara tidak menyakitinya, menyembelih dengan cara yang layak, menghilangkan rasa lapar dan dahaganya.
Dalam sebuah hadits disebutkan: “Seorang wanita masuk neraka hanya gara-gara seekor kucing betina yang tidak dia beri makan dan tidak pula dia lepas agar makan sendiri dari serangga-serangga bumi.” (HR: Bukhari)

Ihsan dan CSR
Corporate Social Responsibility (CSR)merupakan aplikasi dari sikap ihsan yg dikembangkan oleh perusahaan. Dengan CSR perusahaan menanamkan image yang baik kepada khalayak ramai dan tentu saja merupakan marketing yang sangat efektif, terutama untuk menjaga nama baik perusahaan.

Sebuah Renungan .
Berikut ini kisah bagaimana Allah menyayangi hambanya yang terkena fitnah dengan turun langsung merehabilitasi nama baik beliau melalui surat An-Nur:11-12 .

Fitnah untuk Aisyah Ra.3)

Seperti pada kebiasaan Rasulullah apabila dalam melakukan perjalanan (musafir, beliau selalu membawa salah satu dari isterinya. Kebetulan pada saat perjalanan kali ini, Aisyah –isteri termuda Rasul yang merupakan anak dari sahabat beliau, Abu Bakar- terpilih menemaninya dalam perjalanan ini.
Suatu ketika pada saat perjalanan pulang menuju madinah, rombongan Rasul dan Aisyah serta para musafir lainnya melakukan peristirahatan. Selama peristirahatan, Aisyah keluar dari tempat haudaj (tempat yang biasanya diletakkan perempuan di dalamnya dan ia diikat di atas belakang unta) untuk buang hajat. Setelah selesai, Aisyah kembali ke rombongan tadi, tidak disangka ia kehilangan kalung yang dipakainya, kemudian ia kembali dan mencari. Saat mencari ia melihat bahwa ia telah tertinggal rombongan. Para pasukan musafir tadi mengira kalau Aisyah masih di dalam haudaj. Meskipun begitu, ia terus mencari kalung tersebut. Setelah menemukannya, ia kembali ke tempat peristirahatan dan berharap para pasukan musafir tadi mengetahui bahwa Aisyah tertinggal dan kembali untuk menjemputnya.

Selang beberapa lama, Aisyah tertidur. Kemudian datanglah seorang askar yang berjalan di belakang pasukan tadi. Orang tersebut bernama Safwan bin Muattal. Ia menemukan Aisyah dan mengenalinya. Ia lalu mendekati Aisyah dan membawanya dengan unta yang diduduki Aisyah, sedangkan Safwan berjalan menarik unta hingga sampai dikawasan perhentian.

Setelah tiba di madinah Aisyah terkena demam. Selama menderita sakit, tersebar kabar fitnah tentang perselingkuhan Aisyah dengan Safwan. Kabar ini sampai ke telinga Rasulullah. Sikap Rasulullah pun telah berubah terhadap Aisyah, hanya sekedar menyapa dan menanyakan kabar Aisyah saja saat ia sakit. Hingga Rasulullah pun berencana untuk menceraikan Aisyah.

Aisyah akhirnya mengetahui fitnah ini setelah sembuh dari sakitnya. Ia kemudian meminta kepada Rasulullah untuk kembali kepada orang tuanya dan Rasul pun menyetujui. Setelah itu, Rasulullah mengumpulkan para sahabat untuk meminta pendapat mereka atas masalah ini. Dan mencoba menyelidiki dengan memanggil Abdullah bin Ubai bin Salul yaitu sebagai penyebar fitnah utama dan beberapa lainnya seperti Barirah (khadam Aisyah) untuk menanyai sifat Aisyah. Dari hasil dialog dengan beberapa sahabat, memang tidak ada kekurangan dan kejelekan dalam diri Aisyah maupun Safwan. Namun masih adanya keraguan karena lamanya ayat yang turun kepada Rasulullah tentang kesucian Aisyah.

Kemudian Rasul menemui Aisyah di tempat orang tuanya. Dan Rasulullah memulaikan kata-katanya dengan pujian kepada Allah dan ucapan syahadat, lalu bersabda, Wahai Aisyah, telah sampai kepadaku berita tentangmu begini-begini. Kalaulah kamu memang tidak melakukannya, niscaya Allah akan membebaskan kamu, dan jika kamu telah melakukan dosa, istighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya. Sesungguhnya seorang hamba bila dia mengakui dengan dosanya, dan bertaubat memohon keampunan daripada Allah, niscaya Allah akan mengampunkannya.

Kemudian Aisyah menjawab, Sesungguhnya demi Allah, aku memang telah mengetahui bahwa kamu semua telah mendengar cerita ini telah berada di jiwa kamu semua, dan kamu semua mempercayainya. Kalaulah aku berkata yang aku ini tidak bersalah –Dan Allah sahaja yang mengetahui bahwa aku tidak bersalah- kamu semua tidak akan mempercayaiku. Dan jika aku mengakui –sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tidak bersalah- tentulah kamu semua mempercayainya. Demi Allah, tidak ada umpama bagiku melainkan seperti perkataan ayah Nabi Yusuf. Sabar adalah lebih baik, dan Allah sahaja tempat aku memohon pertolongan daripada yang mereka katakan.

Setelah itu , dan pada saat dan tempat itu juga turunlah ayat (surat An-Nur:11-12) yang membebaskan Aisyah dari fitnah. Hingga akhirnya terjawab sudah, bahwa Aisyah memang tidak melakukan dosa apa yang telah difitnahkan kepada Aisyah.

Kesimpulan

Jika reputasi ingin terjaga, jika nama baik ingin senantiasa harum, tetaplah berbuat ihsan dimanapun kita berada, jikapun ada fitnah-fitnah yang mencoba merusak nama baik kita, Insya Allah, Tuhan tidak buta, kalaupun sampai terjadi, maka kesabaran kita tidak akan sia-sia dan akan menjadi amal tersendiri dimata Allah sampai pertolongan Allah datang membantu.

Wallahu ‘alam bishowab

Catatan:
1)Kasus Prita VS RS Omni.
2)Survey LSI yg dibiayai FOX Indonesia, yang menyebut Sby menang 70 %.
3)Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment